Keberadaan Wanita

Zaman telah berubah karena pengaruh globalisasi. Wanita ingin disamakan dengan pria, walaupun secara kodrat mereka berbeda. Wanitapun dianggap perusak kehidupan, yang pada kenyataan laki-laki juga ikut ambil bagian di dalamnya. Di mana keberadaan wanita sebenarnya?

Masali penasaran dan akhirnya bertanya tentang apa peranan budaya kultur wanita di China kepada Lao-lao (nenek) yang masih paham akan hal tersebut. Diceritakanlah:

Dalam sebuah kehidupan sosial ada 5 pedoman yaitu:

  • Cinta akan hubungan darah antara ayah dan anak.
  • Setia dalam pengabdian pada raja oleh para pejabatnya.
  • Perbedaan kodrat dan tugas antara suami dan istri.
  • Urutan dalam keluarga antar kakak dan adik.
  • Rasa percaya yang dijunjung tinggi antar sahabat.

Suami dan istri menjadi salah satu pedoman karena mereka dianggap sebagai awal dari sebuah mata rantai kehidupan (keluarga) yang memiliki tugas dan perannya masing-masing. Tugas pokok laki-laki dan wanita ditunjukan dengan aksara piktografi huruf China. Laki-laki (nan), pada bagian atas aksara adalah sawah dan bagian bawah adalah tenaga yang berarti kerja di ladang. Wanita (nu) menggambarkan seseorang dalam keadaan celentang yang menunjukan keberadaannya di tempat tidur. Suami (fu) ditunjukan dengan huruf Tian (langit) yang menonjol atasnya, memiliki arti suami sangup menjadi kepala keluarga jika tidak berarti manusia yang gagal dalam kehidupan. Istri (fu) ditunjukan dengan wanita dan sapu yang berarti wanita bertugas mengurus rumah tangga dan bagi wanita yang pembawa sial disebut wanita bintang sapu (komet).

Sebagai wanita haruslah hormat dan menurut akan etika yaitu sebelum berkeluarga harus taat kepada ayah, sesudah berkeluarga turut kepada suami dan ketika suami tiada ikut kepada anak laki-laki paling besar. Sebagai wanita diharuskan menjaga kesopan santunan dalam tingkah laku, ucapan, penampilan dan pekerjaannya. Karena wanita memiliki tugas penting yaitu memuliakan nama keluarga besar, meneruskan generasi, mendukung suami, serta mendidik anak.

Cerita tambahan dari Lao-lao:

Ada pepatah: laki-laki jangan salah memilih pekerjaannya dan wanita jangan salah pilih pasangannya.

Perkawinan memiliki arti melakukan suatu ikatan yang dikarenakan pria yang sedang mabuk akan wanita. Tapi perlu diingat perkawinan ditentukan oleh orang tua dan mak comblang (profesi yang sangat dipercaya). Kriteria dalam memilih pasangan dengan melihat kesepadanan status sosial dan ekonominya, tentu laki-laki harus memiliki kemampuan dan wanita memiliki kecantikan dan kesucian.

Dalam proses menuju sebuah perkawinan memiliki 6 tahap (liu li) yaitu:
  • Ti Qin yang berarti mencari tahu status calon pasangannya antara lain keadaan keluarga, kekayaan, kemampuan, reputasi, kesehatan, dan status pribadi.
  • Membawa hadiah untuk menanyakan kesedian dan informasi yang diperlukan.
  • Menghitung kecocokan pasangan dengan cara menanyakan kepada orang pintar.
  • Na Zheng, melakukan pengikatan dengan kalung emas.
  • Mencari hari nikah yang baik.
  • Upacara adat dan masuk ke dalam keluarga suami.
Itulah penjelasan dari Lao-lao yang masih kental akan kultur kebudayaannya.

Mungkin hal diatas tidaklah sesuai dengan apa yang dipikirkan dan diharapkan, tapi hal tersebut adalah kodrat dan kenyataan yang harus dihadapi. Saya mencoba melihat arti kata perempuan dan wanita dalam bahasa Indonesia. Perempuan berasal dari kata empu yang bermakna dihargai, dipertuan atau dihormati. Wanita dipercaya berasal dari bahasa Sansekerta dengan kata dasar wan yang berarti nafsu sehingga bermakna obyek seks. Wanita dalam bahasa Jawa berarti wani ditata yang bermakna orang yang berani untuk diatur, atau wani tapa yang bermakna wanita adalah sosok yang berani menderita bahkan untuk orang lain.

Ada sebuah pepatah yang menjadikan wanita itu sempurna dan memiliki sebuah kekuatan yang berbeda dengan laki-laki:

Wanita Jawa tidak perlu menjadi maskulin untuk mendapat kekuasaannya, tetapi justru ia harus memamfaatkannya kefeminitasnya.


Pemilihan gambar tusuk konde dikarenakan benda tersebut diletakan di mahkota (rambut) yang bermakna setinggi-tingginya seorang wanita harus tunduk kepada suami sebagai kepala keluarga. Tusuk Konde digunakan sebagai alat indikator makanan beracun dan alat gawat darurat dalam hubungan suami istri.

Referensi:
Christina S Handayani, Ardhian Novianto ,"Kuasa Wanita jawa", PT LKis Pelangi Aksara Yogyakarta, Yogyakarta, 2008.

Referensi photo:
http://static.flickr.com/226/494358371_945e243816.jpg


1 komentar:

pakaian wanita mengatakan...

memang keberadaan wanita di dunia ini membuat hari-hari semakin berwarna dan tentunya sangat membantu kaum pria.

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o

Posting Komentar

Grab this Widget ~ Blogger Accessories Custumized by Yuniarto Rahardjo
 

Banner PremiumYang terpasang

Pengikut

Template by: Gilang Rizky